
TIDORE – Prosesi ritual adat Lufu Kie dalam rangkaian perayaan Hari Jadi Tidore (HJT) ke-917 Tahun 2025.
Lufu Kie adalah prosesi adat berupa pejalanan laut keliling pulau menggunakan kapal juanga yang dipimpin Sultan Tidore, Husain Alting Sjah bersama perangkat kesultanan dan adat untuk menziarahi makam-makam yang dianggap keramat.
Adat Lufu Kie merupakan gelar armada perang yang diprakarsai oleh Yang Mulia Sultan Syaifudin “Jou Kota” untuk menakuti kompeni Belanda pada masa penjajahan.
Prosesi Lufu Kie digelar dalam bentuk pelayaran menggunakan kagunga, dengan formasi terdiri dari kagunga kesultanan (Perahu kesultanan Tidore), dikawal dua belas perahu kora-kora yang terdiri dari sangaji se gimalaha sebagai pengawal.

Kedua belas perahu kora-kora tersebut terdiri dari Sangaji Laisa, Sangaji laho, Gimalaha Tuguiha, Gimalaha Tomalou, Gimalaha Mare, Gimalaha Tongowai, Gimalaha Banawa, Gimalaha Dokiri, Gimalaha Gamtohe, Gimalaha Tomanyili, Gimalaha Tahisa, dan Gimalaha Tomaodi.
Ritual Lufu Kie dimulai dari Sultan Tidore Husain Alting Sjah bersama Jou Boki (permaisuri), didampinggi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen-Ahmad Laiman beserta perangkat Kesultanan berjalan kaki menuju dermaga kesultanan untuk memulai ritual mengelilingi Pulau Tidore.
Pada saat Ritual Lufu Kie berlangsung, dilaksanakan pembacaan doa yang dipimpin para imam dan syara bobato Kesultanan Tidore di beberapa titik tertentu disepanjang perjalalanan mengelilingi Pulau tidore.
Selain kagunga dan juanga, Lufu Kie juga diikuti simpatisan dari gabungan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Camat dengan menggunakan armada speed boat.