10 buah koran edisi rabu 11 Juni 2025 tertidur rapi menunggu pembeli sekaligus pembaca. Pria paruh baya itu memilih menjual koran untuk mengisi waktu senggangnya. Di Jalan Siswa simpang tiga Kelurahan Indonesiana tepatnya di depan SMAN 1 Tidore Kepulauan.

Kita dapat menjumpai pria penuh uban itu duduk santai bersilang kaki, diatas kursi besi yang tampak berkarat. Kayu bekas disulapnya menjadi meja sederhana, ia baru saja menjalani operasi mata. kacamata hitam dikenakannya untuk melindungi dua bola matanya terpaan angin dan debu namun terkesan modis.

Pemilik nama lengkap Sofyan Ibrahim Assagaf kini menjalani hari-harinya menjual koran. sejak menginjakan kaki di Tidore di tahun 1985 dan Bapak Sofyan tercatat sebagai pegawai negeri sipil sewaktu Tidore masih menjadi Ibu Kota Kabupaten Halmahera Tengah. Namun selepas gantung seragam dinas, ia memilih berjualan koran.

“mulanya ada seorang kerabat saya yang menjual koran dan saya sering berlangganan koran miliknya, kebetulan saya senang membaca” seloroh Bapak sofyan menceritakan asal muasal dirinya menjual koran. “sejak masih menjadi pegawai negeri sipil saya senang membaca, kadang jika sedang berpergian dan menemukan secarik kertas berisi tulisan pun saya membaca. Keingintahuan yang mendorong minat baca saya terbilang tinggi” tambanya.

Hanya mengandalkan rating pohon Kersen sebagai atap untuk berteduh. Dirinya menikmati saban hari dengan lalu-lalang kendaraan, berjumpa dan bertukar cerita dengan pelanggannya.
“saya memilih menyibukan diri menjual koran ketimbang seharian di rumah, disini kadang bersua dengan kawan lama, bercerita dengan pelanggan” jawabnya, ketika ditanya lebih senang jualan koran atau di rumah.

Kadang ia merasa tak tega, ketika sehari saja tak berjualan koran “kadang beberapa pelanggan datang ke rumah menanyakan koran, disitu saya merasa kasihan kepada mereka ingin mengakses informasi” tutur pensiunan Pegawai Negeri Sipil tersebut. Sekalipun perkembangan arus teknologi informasi dan geliat media daring yang membludak. Bapak Sofyan menyadari bahwa dikalangan masyarakat tertentu gagap dalam menyesuaikan diri. Hal ini berdampak pada akses informasi yang terbatas. Sehingga generasi 80-an masih cukup loyal mengkonsumsi media cetak untuk mencari informasi.

Seorang pria menyetop sepeda motor matic tepat di depan bapak Sofyan. Sepertinya kedua cukup akrab, merogoh kocek celananya tanpa bicara. Spontan bapak Sofyan pun mengerti apa maksudnya, tetiba rasa penasaran terkait isi koran dibayar lunas. Bapak Amir hanya butuh 5.000 rupiah membuyarkan rasa penasaran terkait berita hari itu. “saya lebih suka mengakses informasi melalui koran (media cetak) ketimpangan informasi di smartphone yang kadang hoaks” tutur pak Amir, dirinya mengaku sudah lama berlanggan koran.

Dari gaya bercanda dan sesekali serius menatap teks serta memilah setiap lembar koran pak Amir cukup paham cara membaca koran. Pak amir dan koran seolah kawan sebaya yang dipertemukan oleh bapak Sofyan hari itu.

Di tahun 2017 silam, menjadi tahun terpuruk bagai bapak Sofyan, dirinya menderita stroke dan lumpuh, hanya berdiam diri di atas tempat tidur. Beberapa terapi dijalani untuk dapat berjalan seperti biasanya.

“ketika saya mereka dapat menggerakan kaki dan melatih setiap langkah, hal itu lakoni selama berhari-hari. Uniknya saya melatih langkah itu dengan cara berjualan koran, dan itu mujarab. Saya dapat kembali berjalan sempurna” tutur bapak Sofyan dengan tawa mengenang dirinya ketika lumpuh.

Bagikan: