Gema suara perjuangan menggema dari Kedaton Kesultanan Tidore. Dalam apel siaga yang dipadati ribuan rakyat, Jou Sultan Tidore H. Husain Alting Sjah menyuarakan penolakan tegas atas rencana pemekaran Kota Sofifi.

Ia menyebut langkah tersebut sebagai bentuk pengingkaran terhadap sejarah, amanat leluhur, dan kesepakatan negara.

“Jika hanya satu orang yang tersisa untuk mempertahankan amanat leluhur, maka akulah orang itu. Dan aku siap binasa untuk mempertahankannya,” tegas Sultan, Kamis 17 Juli 2025, disambut riuh semangat warga yang memadati pelataran Kedaton.

Pernyataan ini ditujukan langsung kepada Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda, dan Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, yang mewacanakan pemekaran Sofifi menjadi daerah otonom baru (DOB).

Sultan menjelaskan, bahwa masalah Sofifi, sebenarnya sudah sempat dibahas waktu Sultan masih menjabat sebagai Anggota DPD RI. Dimana pada saat itu, Indonesia sedang dilanda Covid-19, sehingga pembahasannya melalui Zoom Meeting.

“Dalam pembahasan itu, ada bapak Luhut Binsar Panjaitan (Menkomarves), Tito Karnavian (Mendagri), Mantan Gubernur Maluku Utara, Alm. Kh. Abdul Gani Kasuba, Sekda Provinsi Maluku Utara, dan para pimpinan OPD,” ujar Sultan.

Dalam pembahasan itu, kata Sultan, Luhut Binsar Pandjaitan diberikan amanah oleh Presiden Jokowi untuk mengatasi hal ini, disitu Luhut mengatakan, bahwa tidak ada yang namanya pemekeran Kota Sofifi.

Melainkan akan dikeroyok secara bersama oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota Tidore, agar pembangunan di Sofifi yang merupakan Ibu Kota Provinsi Maluku Utara, bisa tumbuh semakin baik.

“Saya ingatkan kepada Pemerintah Pusat, jangan main-main dengan persoalan ini. Jangan jadi kacang lupa kulit, sebab Tidore telah mempersembahkan banyak hal untuk Indonesia,” cetusnya.

Sultan memastikan, dirinya tidak akan mundur selangkah dalam mempertahankan wilayah Kota Tidore, yang meliputi empat Kecamatan di Daratan Oba. Ia bahkan rela mati demi menjaga amanat leluhur.

“Mohon maaf Pak Tito (Mendagri) kembalilah kepada jati diri bangsa ini. Mari kita rawat bangsa ini dengan baik, jangan lagi memecah belah bangsa ini, karena hanya kepentingan spenggal tambang di sofifi dan Halmahera, yang nantinya diraup dan dibawa hasilnya ke Jakarta, sementara Masyarakat di Tidore dan Halmahera tidak mendapatkan apa-apa,” pungkasnya.

Disis lain, Sultan juga mendesak kepada aparat penegak Hukum untuk segera membebaskan 11 warga Maba Kabupaten Halmhera Timur, yang telah ditangkap akibat memperjuangkan hak mereka atas masalah pertambangan.

“Saya mohon 11 orang warga maba yang ditangkap itu agar segera dibebaskan, sebab mereka punya anak, punya istri yang juga butuh makan, sudah cukup rakyat kami menangis dan menderita hanya karena persoalan tambang,” tandasnya.

Penulis: Muajmin Soa Bobo

Bagikan: